DENPASAR, LAKSARA.ID – Bali terdiri dari berbagai elemen masyarakat, salah satunya pasemetonan yang menjadi bagian sebagai jati diri masyarakat Bali. Eksistensinya tidak perlu diperdebatkan, namun patut tetap dijaga guna memperkaya khasanah budaya dan sejarah Bali secara turun temurun.
Demikian penegasan yang disampaikan Gubernur Bali Wayan Koster saat membuka Maha Sabha II Maha Gotra Tirta Harum di Gedung Wanita Nari Graha, Renon, Denpasar, Jumat (2/4)
“Seharusnya keberadaan pasemetonan bisa menjadi satu poin, untuk lebih memperkuat soliditas kita sebagai sesama krama Bali. Pasemetonan–pasemetonan yang sudah berdiri, saat ini eksis karena sejarah leluhurnya, sudah kuat, harus saling menjaga antar pasemetonan lainnya agar Bali lebih kuat,” kata Gubernur kelahiran salah satu desa tua di Bali, Sembiran, Buleleng.
Lebih jauh dalam sambutannya, Ketua DPD PDI Perjuangan Bali ini juga menyebut pembangunan yang baik harus mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat Bali, baik alam, manusia dan kebudayaannya. Serta melibatkan semua komponen masyarakat, seluruh krama Bali apapun pasemeton-nya. Sesuai visi misi yang dilaksanakan Pemprov Bali saat ini Nangun Sat Kerthi Loka Bali
“Untuk itu, visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali Melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana Menuju Bali Era Baru, menjadi arah besar bagi pembangunan Bali saat ini,” ujarnya sembari menyatakan visi yang dijabarkan sesungguhnya merupakan visi yang disusun dengan berakar pada nilai-nilai dan kearifan lokal masyarakat Bali.
“Saya sangat percaya membangun Bali tidak boleh sembarangan, sing dadi ngawag–ngawag, bise kena pastu, ini ada bhisamanya (kutukan : red),” tegasnya dengan logat Buleleng yang kental.
Di akhir sambutan, mantan anggota DPR RI tiga periode ini kembali mengingatkan warga pasemetonan untuk ikut andil dalam menjaga Bali dan mendukung pembangunan Bali.
“Saya berharap pasemetonan Tirta Arum bisa berperan sesuai kapasitasnya masing–masing, berada dalam satu barisan, tidak hanya untuk menyelesaikan permasalahan internal pasemetonan, namun juga kompak menjaga Bali, baik alam, sesama krama, dan budaya kita. Karena ada banyak permasalahan dan tantangan terhadap Bali ke depan,” tandasnya.
Ketua Panitia Mahasabha yang juga menjabat Kepala Dinas Sosial Provinsi Bali Dewa Gede Mahendra Putra menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi atas petuah–petuah yang disampaikan Gubernur Bali. Diharapkan hal ini bisa menjadi cerminan bagi warga pasemetonan dalam menjalankan kehidupan organisasi serta selaku masyarakat Bali, dengan mendukung program – program yang dilaksanakan pemerintah.
Ia pun menyampaikan mahasabha tak hanya diikuti oleh pengurus kepanitiaan dari tingkat desa hingga provinsi se-Bali, namun juga warga pasemetonan selaku pengempon pura kawitan.
“Acara Mahasabha kali ini mengambil tema ‘Ngupadi Dharmaning Pasemetonan Nangun Sat Kerthi Loka Bali’ atau dalam bahasa Indonesia bermakna Mewujudkan Spirit Pasemetonan dalam menjaga Kesucian dan Keharmonisan Alam Bali. Tema ini sengaja diambil mengingat kesamaan Visi-Misi Pasemetonan MGTH dalam menuju Bali Era Baru,” ujarnya.
Dalam acara Mahasabha yang turut dihadiri Wakil Walikota Denpasar Kadek Agus Arya Wibawa, juga dipaparkan sejarah singkat Maha Gotra Tirtha Harum yang berawal dari kedatangan Dang Hyang Subali dan Dang Hyang Jaya Rembat ke Bali tahun 1350 oleh Ketua Harian Mahagotra Tirta Harum Dewa Made Siangan. (LA-DP1).