FISIP Unud ‘Ngayah’ dan Tirtayatra di Kabupaten Bangli

584 Views

Bangli, LAKSARA.ID – Civitas Akademika Fisip Universitas Udayana (Unud) melaksanakan perjalanan bhakti sosial (ngayah) dan tirtayatra pada penghujung tahun 2021.

Di penghujung tahun 2021 Fisip Unud Denpasar tangkil ke Pura Ulandanu dan Pasar Agung Kintamani di Kabupaten Bangli. Kegiatan tirta yatra dan ngayah dilaksanakan pada kamis, tanggal 30 Desember 2021 Sebelum melakukan tirta yatra, terlebih dahulu diadakan persembahyangan bersama di Pura padmasana Unud Denpasar untuk memohon kelancaran dan keselamatan sampai di tempat tujuan.

Tujuan pertama adalah Pura Ulundanu Kintamani, sebelum melaksanakan persembahyangan didahului ngayah bersih-bersih disekitar lingkungan Pura Ulundanu Batur.

Sejarah Pura Ulundanu Batur

Pura Batur atau Pura Ulun Danu pertama kali didirikan pada abad ke-17. Pura ini didedikasikan untuk dewa Wisnu dan untuk dewi danau Dewi Danu. Danau Batur, danau terbesar di Bali, dianggap paling penting di pulau Bali sebagai sumber air utama untuk kegiatan pertanian di Bali.

Definisi Pura Ulun Danu menggambarkan pentingnya air bagi kemakmuran penduduk desa Batur dan bagi seluruh komunitas Hindu di Bali, terutama dalam mengairi sawah di pulau Bali. Pura Ulun Danu Batur disebutkan beberapa kali dalam beberapa lontar kuno sebagai salah satu dari sad kahyangan.

Sebelum meletusnya Gunung Batur pada tahun 1917, Pura Batur dan desa aslinya (saat itu dikenal sebagai Karang Anyar, yang berarti “Wilayah Baru”) terletak di barat daya lereng Gunung Batur itu sendiri. Aliran lahar letusan 1917 menyebabkan ribuan korban. Meskipun hancur, aliran lava hitam berhenti di gerbang Pura Ulun Danu Batur. Karena lava berhenti sebelum mencapai candi, masyarakat melihat ini sebagai pertanda baik dan memutuskan untuk tinggal di daerah tersebut.

Pada 21 April 1926, Gunung Batur meletus lagi, kali ini menghancurkan seluruh desa Karang Anyar. Lava juga melaju ke arah pura, menutupi hampir seluruh kompleks. Terlepas dari kehancuran desa dan juga hilangnya 1.500 penduduk desa, meru tingkat 11 pura ini bertahan. Dengan daerah di sekitar Gunung Batur dinyatakan tidak dapat dihuni selama periode erupsi, penduduk desa Kalang Anyar harus pindah. Proses relokasi dibantu oleh penduduk desa dari daerah sekitarnya, seperti Desa Bayung, Tunggiran, Kedisan, Buanan, Sekardadi. Pemerintah Hindia Belanda mengirim pasukan regional Bangli dan beberapa tahanan untuk membantu relokasi. Kuil 11 tingkat yang selamat diangkut ke lokasi baru, serta perlengkapan penting lainnya dari pura.

Tujuan selanjutnya adalah Pura Pasar Agung Kintamani yang terletak tidak jauh dari Pura Ulun Danu Batur. Walaupun hujan, tidak mengendorkan niat kami untuk melakukan persembahyangan di pura tersebut. (www.unud.ac.id)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *