Denpasar, LAKSARA.ID- Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, I Gede Arya Sugiartha menjelaskan Festival Seni Bali Jani (FSBJ) III yang memiliki tema “Jenggala Sutra, Susastra Wana Kerthi “ dengan memiliki makna “Semesta Kreativitas Terkini: Harmoni Diri dan Bumi dalam Keluasan Penciptaan Baru” yang sudah berjalan selama 14 hari mulai tanggal 23 Oktober hingga 6 Nopember 2021 lalu, bersyukur telah berjalan dengan lancar di masa pandemi Covid-19, meskipun kegiatan festival ini harus dikonsepkan acaranya secara daring dan luring dengan venue utama di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya dan Gedung Natya Mandala ISI Denpasar. Kemudian, ada pesan yang tersirat kenapa Festival Seni Bali Jani tetap terlaksana di masa pandemi? Menurut mantan Rektor ISI Denpasar ini, bahwa ini FSBJ merupakan wujud keberpihakan Gubernur Bali, Wayan Koster kepada seniman. Sehingga dalam kondisi apapun, tetap memberi ruang kepada seniman untuk berkarya. Terlebih selama pandemi aktivitas seniman mandeg, maka pemerintah hadir untuk menyelamatkan hasil seni kreatif yang dimiliki oleh para seniman ini agar tidak terhenti.
“Dalam hasil survey Kami, menyatakan seniman dan masyarakat Bali mendukung kebijakan tersebut, sehingga 96 % menyatakan terima kasih kepada Pemprov Bali, karena tetap memberi ruang kepada seniman di masa pandemi. Selanjutnya, keberhasilan FSBJ di masa pandemi ini karena berjalan lancarnya tata kelola yang dilakukan secara cermat dari penyelenggara dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan Covid-19, dan Kami menyelenggarakannya juga secara live streaming yang bisa diterima oleh masyarakat,” jelasnya.
Dalam FSBJ III, Pemerintah Provinsi Bali memberikan penghargaan Bali Jani Nugraha kepada pihak yang berprestasi dan berkontribusi luar biasa sesuai dengan prestasi dan kontribusinya dalam Pemajuan Kebudayaan. Penghargaan yang berupa Piagam dan Uang senilai Rp 50 juta tersebut
diberikan kepada: 1). I Dewa Nyoman Raka Kusuma (Sastrawan); 2). Drs. I Made Taro (Seniman Penutur Cerita Rakyat); 3). I Gusti Ngurah Parsua (Sastrawan); 4). Putu Fajar Arcana (Sastrawan); 5). I Gusti Made Sukawidana, SS., M.Hum (Penyair); 6). Made Gede Perama Artha (Kartunis); 7). Alm. Syahruwardi Abbas (Penyair); 8). dr. Dewa Putu Sahadewa, SpOG (K) (Penyair); 9). Dr. Gde Artawan, M.Pd (Sastrawan); dan 10). Dr. Drs. Hardiman, M.Si (Kritikus Seni Rupa).
Putu Fajar Arcana (Sastrawan)
mengatakan Bali Jani Nugraha
merupakan wujud apresiasi
Pemerintah Provinsi Bali di
era kepemimpinan Gubernur
Bali, Wayan Koster terhadap
perkembangan seni
kontemporer di Bali. “Apa
yang dilakukan ini bukan
hanya niat baik, tetapi
kesadaran yang tumbuh dari
pengelola kebijakan pemerintahan di Pemprov Bali perkembangan seni kontemporer yang mewadahi ekspresi-ekspresi terkini dari masyarakat Bali pada umumnya,” ujarnya.
Sebagai pelaku seni kontemporer, maka FSBJ ini tidak boleh berhenti dan ajang ini harus digunakan sebaik-baiknya oleh masyarakat seni kontemporer Indonesia dan Bali pada khususnya. “Ini mungkin program satu-satunya di Indonesia, yang menyelenggarakan Seni Kontemporer dalam FSBJ sesuai dengan semangat Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali,” tutupnya.
terhadapPenyair Bali, dr. Dewa Putu
Sahadewa, SpOG (K)
mengungkapkan sebagai
seniman yang berkiprah di
seni modern merasa sangat
dihargai, dimuliakan oleh
Pemerintah Provinsi Bali di
era Gubernur Bali, Wayan
Koster bersama
pendampingnya Ibu Putri
Suastini Koster. Jadi dengan
penghargaan ini, Kita lebih terinspirasi dan tertantang untuk bekarya lebih baik lagi. “Memang perhatian seperti inilah yang dibutuhkan, bukan nominal hadiah dan piagam penghargaan, tetapi perhatian dan ajang untuk berkiprah dibidang seni modern melalui FSBJ ini harus terus dilanjutkan, karena sangat baik,” ungkapnya.
Ia berharap FSBJ kedepannya bisa dijadikan tempat oleh para seniman kontemporer dengan meningkatkan kualitas karyanya, sehingga ajang ini bisa menduniakan karya-karya seniman Bali. “Festival ini sangat baik, sangat penting dan menjadi momentum oleh para seniman untuk berkiprah. Sehingga Kita punya tanggungjawab untuk terus berproses sebagai senima. Dimana sepanjang tahun proses itu Kita lakukan dengan belajar melatih diri, lalu meningkatkan kreativitas dan puncaknya Kita tampilkan di FSBJ yang merupakan ajang yang sangat mulia, yang sebelumnya tidak ada secara khusus, sekarang sudah ada, ini luar biasa,” sebut Dewa Putu Sahadewa. (LA-DP1).