Denpasar, Laksara.id – Ratusan pengayah dan tokoh dari Komunitas Gema Perdamaian (GP) melakukan doa secara khusyuk agar seluruh insan di atas bumi ini dianugerahkan perdamaian dan dapat terekspresi di dalam kehidupannya masing-masing.
Doa bersama ini diikuti oleh ratusan tokoh dari kalangan pesraman, kalangan seni, budaya dan lintas agama, yang dilangsungkan di Desa Budaya Kertalangu, Denpasar, Sabtu (21/9).
“Sesungguhnya kita perlu memiliki panggung damai. Damai itu indah, sehingga harus tetap dipelihara dengan upaya-upaya. Dan danggal 21 September sejak 2013 PBB menentukan sebagai hari perdamaian International untuk mendorong terjadinya perdamaian dunia. Bertepatan kali ini, Komunitas Gema Perdamaian (GP) dengan berbagai tokoh dari kalangan pasraman, kalangan seni, budaya dan lintas agama berkumpul melakukan doa secara khusyuk untuk mendoakan agar seluruh insan di atas bumi ini dianugerahkan perdamaian dan dapat terekspresi di dalam kehidupannya masing-masing,” demikian dikatakan Ketua SC Gema Perdamaian Ida Rsi Acharya Agni Budha Wisesanantha ketika mengadakan jumpa pers di Desa Budaya Kertalangu, Denpasar, Sabtu sore.
Menurut Ida Rsi Wisesanatha, selain kegiatan doa bersama, juga diselenggarakan sarasehan yang pada dasarnya adalah merupakan wahana edukasi bagi siapa pun yang hadir. Dengan demikian perspektif damai dan tujuan damai dapat dimaknai dengan lebih holistik dan dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari- hari.
Dia menambahkan, kegiatan GP yang dilaksanakan oleh panitia GP dimulai dari bulan Juni 2019 yang lalu dengan berbagai kegiatan yang pada dasarnya mempromosikan nilai-nilai damai. Adapun penyampaian nilai damai dilakukan lewat edukasi, lomba-lomba kreatif, ceramah-ceramah perdamaian dan akan ditutup dengan kegiatan puncak pada tanggal 5 Oktober 2019. Kegiatan GP tahun 2019 ini adalah GP yang ke-17 sebenarnya 10 tahun lebih dahulu dibandingkan keputusan PBB membuat hari perdamaian dunia pada tanggal 21 September tahun 2013. Acara puncak seperti biasa akan dihadiri oleh ribuan orang dari berbagai kalangan yang berisikan berbagai hiburan kultural, doa lintas agama yang dipimpin oleh FKUB, sarasehan antartokoh dan hiburan dari elemen komunitas.
Gerakan GP ini sebagai wujud konsistensi anak bangsa yang sadar bahwa damai itu mesti diupayakan oleh semua pihak tanpa terkecuali dan minimum memiliki kesadaran. Gerakan GP ini merupakan kulminasi perayaan yg mengingatkan semua pihak bahwa damai itu indah dan damai itu upaya. Sehingga di dalam kesehariannya semua pihak dari individu sampai kelompok merasa wajib menciptakan damai dengan menciptakan keteraturan. Mengupayakan pengaturan diri dan kelompok dengan kedesiplinan yang tinggi sebelum selanjutnya berkembang ke pengaturan dan keteraturan spiritual yang pada ujungnya tercipta kesejahteraan serta kehidupan yang berbahagia bagi semua pihak, tegas Ida Rsi Wisesanatha.
Selain itu, Ida Rsi menekankan bahwa perjuangan ini adalah perjuangan bersama. Gerakan ini adalah edukasi terhadap perspektif-perspektif penyebab ketidakdamaian. Semua harus berupaya nyata menciptakan damai, karena sangat diperlukan terus menerus bagi seluruh lapisan generasi. Apalagi di Indonesia seperti yang kita lihat sendiri memiliki kerentanan yang sangat tinggi.
Ida Rsi menyampaikan, bahwa Komunitas GP berkeyakinan bahwa jika Indonesia memiliki tingkat kedamaian yang tinggi maka Bangsa Indonesia akan sejahtera. “Bangsa ini diciptakan memiliki negara yang kaya raya dengan segala sumber daya alamnya sehingga sesuai dengan moto kami ‘Damailah Bangsaku Jayalah Negeriku’. Marilah kita semua ‘ketog semprong’ mengupayakan perdamaian di Bumi Pertiwi ini,” katanya.
Pada akhir perbincangan, Ida Rsi mengatakan bahwa sebelumnya sudah ada pihak yang ingin membeli kegiatan Gema Perdamaian senilai ratusan juta. Namun pihaknya jelas-jelas menolak karena tidak ingin ada upaya komersialisasi, dan ingin menjaga kemurnian bahwa kegiatan ini memang semata-mata untuk memberikan vibrasi positif dari Bali.
“Percayalah, sesungguhnya yang kita lakukan di Bali adalah simpul saja. Setelah upaya perdamaian di Bali berhasil, nanti akan diadakan di daerah lain pula. Jadi Bali adalah episentrumnya,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Gema Perdamaian Kadek Adnyana menambahkan, pada momen GP ke-17 ini, diharapkan agar ada upaya yang lebih baik lagi sehingga perdamaian benar-benar nyata di kehidupan masyarakat.
“Syukurlah, kegiatan yang diawali di Bali ini, sudah memantik perhatian dari daerah dan negara lain. Pertengahan Oktober nanti, ada permintaan di Lombok untuk mengadakan doa bersama sebagai langkah mengupayakan perdamaian. Selanjutnya ada permintaan pula di Kalimantan, dan sejumlah wilayah lain. Syukur, apa yang kami lakukan menuai respon positif karena memang kegiatan ini adalah mengusung ketulusan dan kemurnian,” kata Adnyana. (LA-001)