India, Laksara.id – Bali, yang dikenal sebagai Pulau Dewata, memiliki warisan religius dan budaya yang kaya serta unik. Tradisi Hindu Bali yang diwariskan selama berabad-abad mencerminkan nilai-nilai spiritualitas, kebersamaan, dan keharmonisan dengan alam. Upacara keagamaan seperti Galungan, Kuningan, dan Nyepi bukan hanya bentuk ekspresi keimanan, tetapi juga cerminan harmoni sosial dan penghormatan terhadap alam semesta.
Konsep Tri Hita Karana menjadi landasan utama dalam kehidupan masyarakat Bali. Falsafah ini mengajarkan keseimbangan dalam tiga aspek: hubungan antara manusia dengan Tuhan (Parahyangan), hubungan antar sesama manusia (Pawongan), serta hubungan antara manusia dengan alam (Palemahan). Prinsip ini menumbuhkan kehidupan yang damai dan harmonis di tengah keberagaman.
Ida Rsi Putra Manuaba yang semakin dikenal masyarakatnya India setelah menerima Internasional Jamnalal Bajaj Award 2011 dan juga Padma Shri Award 2020 menawarkan dari Bali, dunia dapat belajar pentingnya toleransi dan kehidupan berdampingan. Masyarakat Bali dengan hangat menyambut pendatang dari berbagai latar belakang, membuktikan bahwa perbedaan budaya dan agama dapat hidup berdampingan dalam sikap saling menghormati. Sistem gotong royong dalam tradisi Bali juga menunjukkan bagaimana kerja sama kolektif dapat memperkuat persatuan dan solidaritas. Sejalan dengan nilai Vaishudewa Kutumbhakam sehingga menjadi Sanggam Dunia
Warisan budaya ini kita perlu kuatkan bersama memberikan pelajaran berharga bagi dunia dalam menjaga keseimbangan antara spiritualitas, kehidupan sosial, dan lingkungan untuk menciptakan masyarakat yang damai, harmonis, dan berkelanjutan.Lewat TitiBanda Sanggam Project menjadi cara Shantisena Ashram Gandhi Puri membangun persaudaraan dari sejak tahun 1997 dan kedepan akan kami kuatkan jaringan dengan Bhopal Madya Pradesh India. Banyak kesamaan yang bisa kita kembangkan bersama sebagai Diplomasi Kebudayaan People to People di pertemuan di Rumah Jabatan beliau yang teduh di Lake City Bhopal 18 Feb 2025. (LA-IN)