Minggu, Maret 23, 2025
BerandaBulelengPetani Desa Pemuteran Buka-bukaan Harga Cabai Sampai Rp 55 Ribu Per Kilogram

Petani Desa Pemuteran Buka-bukaan Harga Cabai Sampai Rp 55 Ribu Per Kilogram

Buleleng, LAKSARA.ID – Di tengah cuaca yang tidak menentu di mana kadang secara tidak terduga, hujan turun dengan tiba-tiba, turut berdampak terhadap harga sejumlah produk pertanian. Termasuk cabai, yang belakangan harganya cenderung naik.

Untuk pengendalian inflasi pada komoditas cabai rawit yang cenderung naik, Satgas Pangan Kabupaten Buleleng bergerak cepat dengan meninjau langsung sentra produksi cabai rawit yang ada di Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak oleh Tim Satgas Pangan Kabupaten Buleleng, Selasa (30/7/2024).

Dipimpin oleh Kepala Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan drh I Wayan Susila dan Analis Ketahan Pangan bersama staf Dinas Pertanian mengunjungi beberapa sumber produksi cabai rawit yang ada di Kecamatan Gerokgak seperti berkunjung ke salah satu anggota Kelompok Tani Unggul Mulya Desa Pemuteran. Di mana menanam cabai varietas ori di lahan seluas 25 are dengan rata-rata produksi 30kg/hari, dengan harga jual 50 ribu -55 ribu/kg.

“Kami berkunjung juga ke petani Ketut Arnawa, biasanya jika panen normalnya 8 kwintal/hari dikirim ke pengepul di Pasar Anyar. Namun untuk saat ini hanya 3-4 kwintal/hari,” jelas Kabid Susila.

Selain itu Tim Satgas Pangan Kabupaten Buleleng berkunjung ke salah satu anggota Kelompok Tani Harapan Baru, di mana menanam 1 hektare cabe rawit dengan usia tanaman 3,5 bulan dan sudah mulai panen petik pertama, yang diperkirakan dapat panen sampai 4 bulan ke depan.

Kemudian berkunjung ke Desa Pemuteran, Pejarakan dan Sumberklampok yang memiliki potensi luas tanam mencapai 540 ha. Namun untuk saat ini hanya 20 hektare yang ditanami, karena faktor produksi tanaman yang tidak maksimal disebabkan oleh berkurangnya kesuburan tanah, dan tidak ada pergiliran varietas.

Diungkapkan pula oleh Kabid Susila, bahwasannya fluktuasi harga cabai di Buleleng mengikuti harga cabai di Pulau Jawa, adanya kekeringan di Pulau Jawa menyebabkan harga cabai rawit tinggi, sehingga harga cabai rawit di Buleleng ikut tinggi, walaupun produksi cabai rawit di Buleleng mencukupi.

“Kami terus pantau perkembangan harga dan stok komoditas pemicu inflasi di Buleleng, contohnya peninjauan yang kami lakukan saat ini dengan harapan agar rantai pasok dapat diperpendek sehingga kestabilan harga dapat tetap terjaga,” tutupnya.(LA-KS)

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Most Popular

Recent Comments